Surah As-Sajda: ayat 10 - وقالوا أإذا ضللنا في الأرض... - Indonesia

Tafsir Ayat 10, Surah As-Sajda

وَقَالُوٓا۟ أَءِذَا ضَلَلْنَا فِى ٱلْأَرْضِ أَءِنَّا لَفِى خَلْقٍ جَدِيدٍۭ ۚ بَلْ هُم بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ كَٰفِرُونَ

Indonesia Terjemahan

Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya.

Transliterasi Bahasa Inggris

Waqaloo aitha dalalna fee alardi ainna lafee khalqin jadeedin bal hum biliqai rabbihim kafiroona

Tafsir Ayat 10

Ayat ini menerangkan tentang pertanyaan orang-orang musyrik kepada Rasulullah saw, yang menunjukkan keingkaran dan kesombongan mereka. Mereka berkata, "Apakah apabila daging dan tulang belulang kami telah hancur menjadi tanah, mungkinkah kami dihidupkan lagi seperti semula?" Dari pertanyaan di atas tergambar bahwa menurut mereka mustahil manusia dapat hidup kembali setelah mati dan tubuhnya hancur menjadi tanah. Mereka tidak dapat menggambarkan dalam pikirannya bagaimana besarnya kekuasaan Allah. Jika mereka ingin mencapai kebenaran, mereka dapat mencari bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran Allah pada penciptaan manusia. Mereka dahulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Tentu menciptakan kembali yang pernah ada lebih mudah bagi Allah. Sebenarnya jika mereka mau berpikir tentu mereka sampai kepada kesimpulan bahwa segala sesuatu itu adalah sama mudahnya bagi Allah, tidak ada yang sukar bagi-Nya. Orang-orang musyrik itu bukan hanya mengingkari kekuasaan Allah, tetapi juga mengingkari adanya hari kebangkitan, yaitu hari semua manusia dihadapkan di Mahkamah Agung Ilahiah.

Allah mampu menciptakan manusia dari tidak ada dan mampu pula membangkitkannya kembali. Namun, orang kafir tetap pada pendiriannya dalam mengingkari hari kebangkitan. Dan dengan nada mengejek mereka berkata, “Apakah apabila kami telah mati, hancur, dan lenyap di dalam tanah, kami akan dibangkitkan kembali dan berada dalam ciptaan yang baru, lalu kami dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kami? Jika demikian, alangkah rugi kami.” Mereka tidak mampu memahami keniscayaan hari kebangkitan karena menggunakan tolok ukur kekuatan manusia, bukan kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan mereka dari tidak ada. Tidak hanya mengingkari kuasa-Nya, bahkan mereka pun mengingkari hari pertemuan mereka dengan Tuhannya untuk menjalani hisab dan menerima balasan.

Orang-orang yang mengingkari kebangkitan itu berkata, "Apabila kami telah menjadi debu dan bercampur dengan tanah, sehingga tidak lagi dapat dibedakan antara debu jasad kami dan debu tanah, apakah kami akan diciptakan dan menjadi baru kembali?" Sesungguhnya mereka tidak mengingkari kebangkitan saja, tetapi mereka juga mendustakan seluruh apa yang terjadi di akhirat.

(Dan mereka berkata) orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit: ("Apakah bila kami telah lenyap di dalam tanah) yakni kami telah hancur di dalamnya, misalnya kami telah menjadi debu yang bercampur dengan tanah asli (kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?") kata tanya di sini mengandung makna ingkar; lafal ayat ini boleh dibaca tahqiq dan boleh pula dibaca tashil. Maka Allah swt. berfirman: (Bahkan mereka terhadap hari pertemuan dengan Rabbnya) yaitu hari berbangkit (adalah orang-orang yang ingkar.)
Ayat 10 - Surah As-Sajda: (وقالوا أإذا ضللنا في الأرض أإنا لفي خلق جديد ۚ بل هم بلقاء ربهم كافرون...) - Indonesia